Wikipedia
Hasil penelusuran
Posted by : Lintang Aprian Nur Asa
Rabu, 15 November 2017
Keputusan dalam Dunia
Manajemen Umum
Teori Keputusan
Dalam kehidupan sehari-hari
setiap manusia dihadapkan pada persoalan dimana dia harus mengambil keputusan.
Mulai yang sederhana seperti misalnya memutuskan untuk memperpanjang waktu
tidur di pagi hari dengan segala resiko yang akan dihadapai, sampai hal-hal
yang sulit bahkan komplek. Keputusan
ini dapat bersifat pribadi maupun sosial atau bersifat jangka pendek maupun
jangka panjang yang mau tidak mau harus diputuskan, bahkan tidak mengambil
keputusanpun adalah bagian dari keputusan itu sendiri.
Dalam bidang pengambilan
keputusan, ilmu statistika mempunyai peran yang sangat penting dimana dari
jaman awal mula peradaban manusia seperti mengelompokkan benda-benda, atau
adanya permainan “astragali” pada jaman mesir kuno, bahkan kaisar romawai Claudius
(10 SM – 54 M) telah menulis buku yang berjudul “Bagaimana Menang dengan Dadu”.
Seiring dengan perkembangannya, ilmu statistika telah mengembangkan cabang
statistik baru yaitu teori keputusan statistika.
Setiap pengambilan keputusan selalu akan menghadapai empat
keadaan, yaitu :
a) Kepastian
(certainty)
b) Ketidakpastian
(uncertainty)
c) Risiko (risk)
d) Konflik
(conflict)
Teori keputusan dalam ilmu statistik berhubungan dengan resiko
dan ketidak pastian :
Keputusan dengan kondisi
kepastian terjadi apabila semua informasi yang dijadikan dasar keputusan
tersedia dan valid atau informasi bersifat sempurna dan tidak bias.
Keputusan dalam kondisi ketidak
pastian menunjukkan kondisi suatu keputusan tidak mempunyai informasi yang
sempurna dan probabilitas suatu kejadian tidak diketahui.
Keputusan dalam kondisi beresiko
terjadi apabila suatu keputusan tidak mempunyai informasi yang sempurna, namun
mempunyai kemungkinan atau probabilitas suatu peristiwa akan terjadi.
Keputusan dalam kondisi konflik
yaitu keputusan dimana terdapat dua atau lebih kepentingan. Terhadap
kepentingan tertentu memiliki skala prioritas, sehingga keputusan dapat
diterima oleh semua pihak. Setiap keputusan dalam statistika mempunyai elemen
yang terdiri dari :
a) tindakan atau
alternatif yang tersedia
b) state of
nature yaitu peristiwa atau kejadian
yang tidak dapat dihindati atau dikendalikan oleh pengambil keputusan
c) hasil atau
payoff dari setiap alternatif keputusan
Pilihan atau alternatif adalah membuat setiap keputusan
mempunyai minimal dua atau lebih peristiwa
atau kejadian.
State of nature mengambarkan
suatu keadaan atau kondisi di luar kendali dari pengambil kebijakan, Kondisi
demikian terjadi karena kondisi yang dijadikan dasar pada saat pengambilan
keputusan, sudah berubah akibat dari kejadian yang luar biasa.
Hasil atau payoff yaitu kombinasi
hasil dari setiap alternatif dan kondisi yang akan terjadi, misalnya pada saat
memutuskan untuk berinvestasi tanah, maka jika kondisi baik harga akan naik 20%
dan kondisi buruk bisa rugi.
Hubungan elemen-elemen dalam keputusan
(peristiwa, tindakan dan hasil) menurut Lind (2002) adalah sebagai berikut :
– Peristiwa :
Ketidakpastian berkenaan dengan kondisi mendatang. Pengambil keputusan tidak
mempunyai kendali terhadap kondisi mendatang.
– Tindakan :
Dua atau lebih alternatif dihadapi pengambil keputusan. Pengambil keputusan
harus mengevaluasi alternatif, memilih alternatif dengan kriteria tertentu.
– Hasil :
kondisi dimana terjadi sesuai dengan diinginkan atau positif, tidak sesuai
dengan yang diinginkan atau negatif dan atau tidak terjadi perubahan atau
tetap.
Dua kondisi pengambilan keputusan
:
Pengambilan keputusan Beresiko, memperhatikan:
a) nilai yang
diharapkan (expected value-EV). Nilai EV yang tinggi merupakan keputusan yang terbaik.
b) memperhatikan
kehilangan kesempatan terbaik (expected opportunity loss-EOL). Nilai dengan EOL
terendah adalah keputusan yang terbaik.
c) memperhatikan
informasi yang sempurna (expected value of perfect informations-EVPI). EVPI
memperhatikan faktor informasi yang sempurna sehingga dapat mengoptimalkan
tingkat keuntungan
Pengambilan keputusan dalam Ketidakpastin, beberapa cara
untuk mengambil keputusan diantaranya :
a) Kriteria
Laplace yaitu memberikan probabilitas yang sama terhadap setiap kejadian.
b) Kriteria
Maximin yaitu memilih peristiwa yang pesimis dan memilih alternatif yang
terbaik.
c) Kriteria
Maximax yaitu memilih peristiwa yang optimis dan memilih alternatif yang
terbaik.
d) Kriteria
Hurwicz yaitu membuat koefisien optimis yang mengukur berapa keyakinan terhadap
peristiwa optimis dan sebaliknya pesimis.
e) Kriteria Regret
yaitu menentukan hasil dengan opportunity loss, dan mencari nilai yang terendah
dari regret maksimum.
Salah satu alat yang digunakan
untuk mengambil keputusan dalam teori keputusan adalah “Diagram Pohon Keputusan
/ Decision Tree” yang berguna untuk menyusun beberapa alternatif dengan hasil
bersyarat (conditonal payoff), keputusan yang terbaik adalah dengan nilai EV
yang tertinggi.
Tipe Keputusan Manajemen
Pengambilan keputusan ( Decision
making) : adalah tindakan manajemen dalam pemilihan alternative untuk mencapai
sasaran. Keputusan dibagi dalam 3 tipe :
a) Keputusan
Tidak Terstruktur (unstructured decision)
keputusan yang tidak terjadi
berulang-ulang dan tidak selalu terjadi. Keputusan ini terjadi di manajemen
tingkat atas. Informasi untuk pengambilan keputusan tidak terstruktur tidak
mudah untuk didapatkan dan tidak mudah tersedia dan biasanya berasal dari
lingkungan luar, Pengalaman manajer merupakan hal yang sangat penting di dalam
pengambilan keputusan tidak terstruktur. Keputusan untuk bergabung dengan
perusahaari lain adalah contoh keputusan tidak terstruktur
yang jarang terjadi.
b) Keputusan
Setengah Terstruktur (semi-structured decision)
keputusan yang sebagian dapat diprogram,
sebagian berulang-ulang dan rutin dan sebagian tidak tersruktur. Keputusan tipe
ini seringnya bersifat rumit dan membutuhkan perhitungan-perhitungan serta
analisis yang terperinci. Contoh dari keputusan tipe ini misalnya adalah
keputusan membeli sistem komputer yang iebih canggih. Contoh yang lainnya
misalnya adalah keputusan alokasi dana promosi.
c) Keputusan
Terstruktur (structured decision)
keputusan yang berulang-ulang dan
rutin, sehingga dapat diprogram. Keputusan terstruktur terjadi dan dilakukan
terutama pada manajemen tingkat bawah. Contoh dari keputusan, tipe ini misalnya
adalah keputusan pemesanan barang, keputusan penagihan piutang dan lain
sebagainya
Manajemen dan Pengambilan Keputusan
Manajemen di dalam suatu
organisasi sangat berpengaruh terhadap pengambilan keputusan. Menurut
tingkatannya manajemen dibedakan menjadi 3 tingkat, yaitu:
a) Manajemen Puncak
| Top Level of Management
Pengambilan keputusan tidak
terstruktur digunakan oleh manajemen puncak sebagai bahan pertimbangan untuk
perencanaan strategis yang meliputi penentuan tujuan dan sasaran serta rencana
jangka panjang organisasi, Manajemen Puncak bertanggung jawab terhadap arah
kemajuan perusahaan. Informasi yang dibutuhkan manajemen tingkat ini ialah
informasi yang luas mengenai arah kecendrungan perusahaan dan lingkungan
eksternal. Manajemen Puncak atau Top Level Management umumnya terdiri atas
direksi, CEO (Cheif Executive Officer), GM atau General Manager atau yang
sering pula disebut Presiden Direksi (presdir). Direksi merupakan perwakilan
dar pemilik perusahaan atau Pemegang Saham, mereka dipilih oleh pemegang saham
perusahaan, dan CEO dipilih oleh Dewan Direksi perusahaan.
Ciri ciri dan Peran yang paling utama dari manajemen puncak
adalah sebagai berikut:
· Menentukan
rencana, tujuan, serta kebijakan perusahaan atau organisasi
·
Bertanggungjawab atas keseluruhan manajemen dibawahnya yang ada pada
organisasi
· Memobilisasi
sumber daya yang dimiliki perusahaan yang tersedia
· Manajemen
puncak umumnya bekerja dari pemikiran, perencanaan lalu memutuskan, maka dari
itu manajemen puncak juga sering disebut Otak organisasi atau Administrator
·
Mempersiapkan rencana jangka panjang perusahaan
· Manajemen
puncak mempunyai wewenang serta tanggung jawab yang maksimal.
· Manajemen
puncak merupakan otoritas tertinggi pada sebuah organisasi, bertanggungjawab
secara langsung kepada pemilik perusahaan (Pemegang Saham), Pemerintah maupun
ke Masyarakat umum.
· Manajemen
puncak memerlukan keterampilan konseptual yang lebih dibandingkan keterampilan
secara teknis
b) Manajemen
Tingkat Menengah | Middle Level of Management
Manajemen tingkat menengah berada
pada tengah tengah dari hierarki pada sebuah perusahaan atau organisasi.
Manajemen Tingkat Menengah bertanggungjawab atas pelaksanaan rencana yang sudah
ditentukan oleh manajemen puncak. Pengambilan keputusan yang digunakan oleh
manajemen pada tingkat ini adalah Keputusan setengah terstruktur
(semi-structured decision). Manajemen tingkat menengah bisa meliputi beberapa
tingkatan, membawahi dan mengarahkan aktivitas aktivitas manajer dibawahnya.
Manajemen pada tingkat ini memiliki tanggung jawab terhadap segala aktivitas
yang dilakukan oleh tingkatan manajemen yang lebih rendah dan bahkan terkadang
terhadap beberapa karyawan operasionalnya. Manajemen pada tingkat menengah ini
umumnya terdiri atas Kepala Departemen atau HOD, Manajer Cabang, Junior
Executive. Kepala Departemen semisal Manajer Keuangan, Purchasing Manager dan
yang lain lain. Manajer Cabang contohnya kepala cabang perusahaan atau unit
lokal. Junior Eksekutif contohnya adalah Asisten Manajer Pembelian, Asisten
Manajer Keuangan dan yang lainnya. Manajemen Tingkat Menengah ini dipilih oleh
Manajemen Puncak. Tugas dan peran manajemen tingkat menengah beberapa
diantaranya seperti berikut ini:
· Menjalankan
perintah, kebijakan, rencana yang telah disusun oleh manajemen puncak
· Memberi
saran atau rekomendasi kepada manajemen puncak
·
Mengkoordinasikan seluruh aktivitas dari semua departemen yang ada
·
Berkomunikasi dengan manajemen puncak dan manajemen tingkat yang lebih
rendah posisinya
·
Mempersiapkan rencana jangka pendek, umumnya disusun hanya untuk 1
hingga 5 tahun
· Mempunyai
keterbatasan tanggung jawab dan wewenang karena manajemen tingkat menengah ini
merupakan perantara manajemen puncak dengan manajemen yang lebih rendah.
· Bertanggung
jawab secara langsung kepada Dewan Direksi dan CEO perusahaan
· Membutuhkan
keterampilan yang lebih manajerial serta teknis dan kurang membutuhkan
keterampilan yang sifatnya konseptual
c) Manajemen Lini
Pertama (First Line Management)
Manajemen Lini Pertama atau Low
Level Management adalah tingkatan manajemen yang paling rendah dalam sebuah
organisasi yang memimpin serta melakukan pengawasan terhadap tenaga tenaga
operasional pada sebuah perusahaan atau organisasi serta tidak membawahi
manajer yang lain. Pengambilan keputusan yang digunakan oleh manajemen pada
tingkat ini adalah Keputusan terstruktur (structured decision). Manajeemn Lini
Pertama ini umumnya terdiri atas mandor dan pengawas yang dipilih oleh
manajemen level menengah. Mereka biasanya juga disebut dengan tingkat
Supervisor atau pengawas. bahkan mereka pula dikenal sebagai manajemen
operasional yang terlibat secara langsung dalam proses produksi dan bertanggung
jawab untuk menyelesaikan rencana rencana yang sudah ditentukan oleh manajemen
yang lebih tinggi. Manajemen tingkat yang paling bawah ini melaksanakan
beberapa aktivitas seperti berikut ini:
· Mengarahkan
karyawan atau pekerja
·
Mengembangkan moral kepada para karyawan
· Menjaga
hubungan yang baik antara manajemen tingkat menengah dan para pekerja
·
Menginformasikan keputusan yang diambil oleh manajemen kepada para
karyawan atau pekerja, selain itu manajemen tingkat pertama ini memberi
informasi mengenai kinerja, hambatan atau kesulitan, perasaan, tuntutan ataupun
hal lainnya dari para karyawan atau pekerja
· Manajemen
tingkat ini lebih banyak menghabiskan waktu untuk mengendalikan dan mengarahkan
pekerja
· Menyusun
rencana harian, mingguan serta bulanan. tidak menyusun rencana jangka panjang
· Mempunyai
kewenangan yang terbatasi namun tanggung jawab yang penting untuk mendapatkan
pekerjaan yang dijalankan dari pekerja. Manajemen lini pertama ini dengan
teratur harus memberi laporan dan bertanggung jawab secara langsung kepada
manajemen level menengah
· Manajemen lini pertama ini juga
membutuhkan keterampilan yang bersifat lebih teknikal dan kemampuan dalam
berkomunikasi.
5. Tahapan
Pengambilan Keputusan
Simon (1960) memperkenalkan empat
aktivitas dalam proses pengambilan keputusan :
a) Intelligence : Pengumpulan informasi
untuk mengidentifikasikan permasalahan.
b)
Design : Tahap perancangan solusi dalam bentuk alternatif2 pemecahan masalah.
c)
Choice : Tahap memilih dari solusi dari alternatif2 yg disediakan.
d)
Implementation : Tahap melaksanakan keputusan dan melaporkan hasilnya.
Contoh pengambilan keputusan “PT.Proweb
Indonesia”
Alam lingkungan perusahaan, perlu
sistematika dalam mengambil keputusan. Sistematika ini perlu supaya pengambilan
keputusan dalam korporasi jelas dan dapat dipertanggungjawabkan.
Lima langkah pengambilan keputusan itu adalah
- Identifikasi masalah dan
ketidakjelasan (uncertainties)
Misal untuk meningkatkan
pendapatan perusahaan , kita ingin menaikkan harga jual dari produk atau jasa
kita.
Jika berhasil maka pendapatan akan naik, tetapi jika
menyebabkan calon pelanggan tidak mau beli maka malah menurunkan pendapatan
- Mengumpulkan informasi
Kita bisa bertanya kepada sales
apakah harga baru tersebut dapat diterima calon pelanggan. Lihat juga bagaimana
pesaing-pesaing anda mengerjakan pricing.
Kita juga perlu mengadakan survei pasar apakah calon
pelanggan kita bersedia membeli dengan harga baru tersebut.
- Membuat prediksi
kemungkinan yang terjadi
Pada tahap ini pikirkan
alternatif-alternatif yang mungkin. Silahkan membuat anggaran kenaikan
pendapatan dengan harga baru tersebut pada setiap alternatif.
- Mengambil keputusan dari
alternatif-alternatif yang ada
Silahkan membuat alternatif keputusan
termasuk beberapa pilihan harga baru. Bisa juga ada pilihan harga lama tetapi
spesifikasi dikurangi sehingga mengurangi biaya produksi. Pastikan tidak ada
bias dalam pemikiran kita. Pastikan kita mengambil keputusan dengan obyektif.
Dengan pemikiran yang matang silahkan mengambil salah satu alternatif keputusan
tersebut.
- Mengevaluasi hasil
terhadap prediksi yang telah dibuat
Bandingkan hasil dengan prediksi
yang telah kita buat dan lakukan evaluasi. Langkah ini penting untuk mengetahui
apakah keputusan kita sudah tepat 100%. Jika perlu ada perbaikan-perbaikan,
kita dapat memperbaiki langkah-langkah supaya hasilnya sesuai dengan yang kita
harapkan.
Studi Kasus
DPR yang masih ragu dalam
pengambilan keputusan menaikkan tarif listrik 10%. Ini di karenakan bentroknya
pemerintah dengan masyarakat. Pemerintah yang ingin tarif di naikkan, dan
masyarakatnyanya yang tidak setuju. Mungkin bagi pemerintah memaksa ingin
menaikkan tarif 10% hanya hal biasa saja, tetapi bagi masyarakat apalagi yang
tidak mampu ini adalah hal yang berat. Akibatnya pihak DPR pun belum mengambil
keputusan apapun untuk menaikkan atau tidak.
Penjelasan Kasus:
Dari contoh kasus pengambilan
keputusan dalam organisasi yang diangkat oleh kelompok kami, menurut kami DPR harus
mengambil keputusan dengan bijak secepatnya agar permasalahan atau perselisihan
dengan masyarakat bisa dapat diselesaikan.
Kesimpulan
1. Sebelum membuat
keputusan, berdoalah kepada Allah dan lalukan shalat istikarah.
2. Siapkan perangkat
ilmu (teori, metodologi) yang cukup sebelum membuat keputusan.
3. Melakukan
musyawarah(sharing experiences) untuk membuat keputusan.
4. Lebih
mengedepankan pertimbangan rasio daripada emosi dalam membuat keputusan.
5. Hati-hati dari
pengaruh (pihak lain), dan jangan lengah serta tidak boleh tertipu
(terprovokasi).
6. Memperhatikan
aspek keseimbangan dalam mengkaji keputusan.
7. Harus
teguh-kukuh dan tidak ragu dalam mengambil keputusan.
8. Bersegerahlah
dalam merealisasikan segala keputusan.
9. Tidak
sentralistik (kondisi yang otonom)
10. Pentingnya
dinamika pertentangan dalam mengambil keputusan.
11. Segala bentuk
keputusan yang telah diambil perlu dihormati secara proporsional tetapi jangan
mensakralkan.
12. Moderat dalam
keputusan, antar realitas dan cita-cita yang ideal.
13. Memilih waktu
yang tepat untuk mengambil keputusan.
14. Mesti ada tata
aturan yang jelas dalam mekanisme komunikasi secara vertikas dan horizontal.
15. Memuaskan para
eksekutor daripada meggunakan pemaksaan.
16. Sederhana dalam
kuantitas (jumlah) keputusan yang di ambil.
17. Perlu adanya
inovasi dan kreatifitas baru dalam membuat keputusan.
18. Mesti
mengedepankan sikap optimistik daripada sikap pesimistis.
19. Kealpaan itu merupakan
tabiat manusia.
20. Berani
bertanggungjawab ketika mengambil keputusan.
21. Hindari upaya
mengambil keputusan dari menara gading (otoriter).
22. Sinergikan antara
pengalaman orang tua dan semangat anak muda.
23. Tidak menjadi
“Yes Man”, tidak meniru orang lain secara membabi buta dalam membuat keputusan.
24. Mengedepankan
sikap lemah lembut daripada cara keras dan paksa.
25. Jangan sembarang
menolak opini terlalu dini.
Cek Penjelasan Lewat Video :
Daftar Pustaka