Wikipedia
Hasil penelusuran
Posted by : Lintang Aprian Nur Asa
Selasa, 20 November 2018
PENERAPAN SISTEM INFORMASI MANAJEMEN
PADA PT PLN (PERSERO)
Sejarah Ketenagalistrikan di Indonesia dimulai pada akhir
abad ke-19, ketika beberapa perusahaan Belanda mendirikan pembangkit tenaga
listrik untuk keperluan sendiri. Pengusahaan tenaga listrik tersebut berkembang
menjadi untuk kepentingan umum, diawali dengan perusahaan swasta Belanda yaitu
NV.NIGM yang memperluas usahanya dari hanya di bidang gas ke bidang tenaga
listrik.
Selama Perang Dunia II berlangsung, perusahaan-perusahaan
listrik tersebut dikuasai oleh Jepang dan setelah kemerdekaan Indonesia, tanggal
17 Agustus 1945, perusahaan-perusahaan listrik tersebut direbut oleh
pemuda-pemuda Indonesia pada bulan September 1945 dan diserahkan kepada
Pemerintah Republik Indonesia. Pada tanggal 27 Oktober 1945, Presiden Soekarno
membentuk Jawatan Listrik dan Gas, dengan kapasitas pembangkit tenaga listrik
hanya sebesar 157,5 MW saja. Tanggal 1 Januari 1961, Jawatan Listrik dan Gas
diubah menjadi BPU-PLN (Badan Pimpinan Umum Perusahaan Listrik Negara) yang
bergerak di bidang listrik, gas dan kokas. Tanggal 1 Januari 1965, BPU-PLN
dibubarkan dan dibentuk 2 perusahaan negara yaitu Perusahaan Listrik Negara
(PLN) yang mengelola tenaga listrik dan Perusahaan Gas Negara (PGN) yang
mengelola gas.
Saat itu kapasitas pembangkit tenaga listrik PLN sebesar 300
MW. Tahun 1972, Pemerintah Indonesia menetapkan status Perusahaan Listrik
Negara sebagai Perusahaan Umum Listrik Negara (PLN). Tahun 1990 melalui
Peraturan Pemerintah No. 17, PLN ditetapkan sebagai pemegang kuasa usaha
ketenagalistrikan.
Tahun 1992,
pemerintah memberikan kesempatan kepada sektor swasta untuk bergerak dalam
bisnis penyediaan tenaga listrik. Sejalan dengan kebijakan di atas, pada bulan
Juni 1994 status PLN dialihkan dari Perusahaan Umum menjadi Perusahaan
Perseroan (Persero).
SISTEM INFORMASI MANAJEMEN MANAJEMEN DALAM PT PLN (PERSERO)
Program pengembangan system informasi manajemen PLN
memprioritaskan implementasi aplikasi perusahaan dan manajemen pelanggan.
Aktivitas yang telah dilakukan perusahaan hingga akhir 2006
adalah antara lain
1. Enterprise Resource Planning (ERP)
• Operasi sepenuhnya dari system ERP dimulai dari 4 projek
awal (pilot project),
antara lain: kantor utama, distribusi bali, distribusi
Jakarta Raya dan Tangerang
dan PLN P3B.
• Inisiasi implementasi program Go Live Support Extension
(GLSE)
2. Information Technology Master Plan (ITMP)
• Pembuatan aplikasi Enterprise Resources Planning (ERP),
dimana salah satunya adalah corporate and shared services (CSSC – Corporate
Share Services Center).
• Pengaturan dari skenario yang terbesar dari pengembangan
sebuah Customer
Information System (CIS).
3. Information Technology Detail Implementation Plan (ITDP)
Penyelesaian laporan dari awal, yaitu pengisian kuesioner
untuk DisCo(Distribusi), TransCo(Transmisi), dan GenCo(Generasi), dan kemudian
akan dilanjutkan dengan studi komparatif pada praktek terbaik sebelum kompilasi
akhir dari dokumen perencanaan detail IT (IT Details Plan document).
4. Customer Information System (CIS)
Pembentukan tim koordinasi CIS PLN 2006 yang menyusun dan
menyiapkan rencana kebijakan dan aktivitas untuk mengimplementasikan aplikasi
CIS PLN 2006
5. E-Procurement
• Modul KHS (Unit Price Agreement) dari aplikasi e-Proc
telah beroperasi dalam
beberapa bagian unit PLN.
• Aplikasi SIMAT menggunakan aplikasi data pendukung dari
keseimbangan
supply material untuk e-Proc dalam 17 unit.
6. I-SMS
• Penyelesaian dari Service Cooperation Agreement untuk
I-SMS 8123 untuk
periode tahun 2006-2007 antara PT PLN (Persero) dan operator
selular sebagai
penyedia konten (Content Provider).
• Penandatanganan kontrak (Agreement) dari layanan I-SMS
out-in Service Pilot Project Implementation telah diadakan di APJ Surabaya
Selatan pada unit distribusi PLN Jawa Timur
ANALISIS
Dari penerapan sistem informasi manajemen dalam PLN seperti
yang telah disebutkan diatas, merupakan penambahan dari sistem informasi
manajemen yang sebelumnya telah ada pada tahun-tahun sebelumnya. Hal ini
dilakukan tentu saja untuk menunjang operasi PLN dalam menyediakan listrik bagi
masyarakat luas seiring dengan perkembangan teknologi dan tentu saja permintaan
listrik dari pelanggan yang semakin besar sehingga diperlukan sistem informasi
manajemen yang harus bisa menunjang permintaan tersebut.
Seperti yang kita ketahui, kebutuhan listrik belakangan ini
menjadi kebutuhan yang mendasar dan menjadi semakin besar peranannya bagi kita
semua, sehingga dengan perkembangan teknologi yang tentu saja memerlukan tenaga
listrik, PLN sebagai salah satu penyedia tenaga listrik di Indonesia tentu saja
harus bisa melayani pelanggannya dengan baik.
Dengan besarnya jumlah permintaan, tentu saja sistem
informasi manajemen yang canggih sangat diperlukan untuk bisa mengatur semua
data yang ada, mulai dari data pengadaan material penunjang pembangkit tenaga
listrik, administrasi, meteran listrik yang akan diberi pada konsumen, hingga
pencatatan dan pembebanan biaya atas pemakaian listrik oleh konsumen.
Dengan pembuatan aplikasi Enterprise Resources Planning
(ERP), yang telah dilakukan pada kantor utama, distribusi Bali, distribusi
Jakarta Raya dan Tangerang dan PLN P3B dan ditujukan sebagai program
implementasi awal dari Go Live Support Extension yang ditujukan untuk mendukung
perubahan sistem informasi manajemen secara luas dalam operasional PLN yang
sebelumnya belum maksimal dalam menerapkan ERP. Selain telah menerapkan ERP,
PLN juga sedang mengembangkan salah satu aplikasi ERP yang mencakup rencana
pembuatan beberapa aplikasi yang termasuk dalam Information Technology Master
Plan (ITMP) (rencana utama teknologi informasi) yang mencakup rencana pembuatan
aplikasi corporate and shared services (CSSC – Corporate Share Services Center)
yang menunjukkan integrasi antar unit PLN di satu wilayah operasi yang akan
memudahkan pertukaran informasi antar unit PLN dalam wilayah operasi tersebut.
Cakupan pengembangan aplikasi menurut ITMP lainnya adalah
pengaturan dari scenario yang terbesar dari pengembangan sebuah Customer
Information System (CIS) yang tentu saja akan memudahkan pengaturan seluruh
data pelanggan, dan untuk memudahkan penentuan beban tarif yang akan ditagih
pada pelanggan, sebab dengan cara manual sudah sangat tidak memungkinkan dengan
bertambahnya jumlah pelanggan PLN.
Dalam mengimplementasikan CIS ini, PLN telah membentuk tim
untuk merancang kebijakan dan aktivitas untuk mengimplementasikan aplikasi CIS
ini di tahun 2006. Pengembangan system infomasi lainnya yang diimplementasikan
pada tahun 2006 adalah e-procurement, yaitu pengadaan barang secara on-line. Di
sini, para supplier harus mendaftarkan perusahaannya terlebih dahulu pada PLN,
setelah mendaftarkan perusahaan, PLN akan memberikan ID dan Password bagi
perusahaan tersebut.
ID dan Password ini
digunakan untuk masuk ke web site pengadaan PLN dan kemudian akan memberikan
penawaran pada PLN. PLN kemudian akan melakukan perbandingan dengan perusahaan
lain yang juga telah memberikan penawaran dengan modul KHS (Unit Price Agreement
/ persetujuan harga unit). Supplier yang keluar sebagai pemenang akan
diberitahukan melalui e-mail, web site PLN maupun telepon.
Namun demikian, perlu
diingat, penawaran tidak bisa diberikan pada PLN setiap saat, penawaran hanya
bisa diberikan ketika PLN mengumumkan akan melakukan pembelanjaan. Aplikasi
yang digunakan adalah aplikasi SIMAT yang menggunakan aplikasi data pendukung
dari keseimbangan supply material untuk e-Proc dalam 17 unit.
Hal ini berarti bahwa jika salah satu jenis stock barang
yang saling bergantung telah hampir habis, maka aplikasi ini akan
memberitahukan untuk segera melakukan pengadaan material yang telah hamper
habis tersebut. Sebagai contoh, satu buah tiang listrik harus menampung lima
kabel listrik. Jika kabel listrik sisa 4, maka sistem akan segera
memberitahukan untuk melakuikan pengadaan kabel listrik agar segera menjadi 5
untuk memenuhi syarat sebuah tiang listrik tersebut.
System informasi lainnya yang baru diterapkan adalah I-SMS
8123 yang akan selesai diimplementasikan pada tahun 2006-2007 antara PT PLN
(Persero) dan operator selular sebagai penyedia konten (Content Provider) pada
unit distribusi PLN Jawa Timur. Layanan ini akan memberitahukan jumlah
pemakaian listrik dalam satu periode, cara dan tempat pembayaran yang bisa
dipilih pelanggan, dan cabang-cabang PLN yang ada dalam wilayah tertentu. Namun
demikian, dari sekian sistem informasi manajemen baru yang telah
diimplementasikan PLN, dapat dikatakan belum memadai untuk melayani masyarakat,
sebab keterbatasan sumber daya manusia yang menjadi kendala utama sulit untuk
diatasi.
Seperti yang kita ketahui, ternyata jaringan listrik masih
belum bisa dinikmati oleh seluruh masyarakat Indonesia, masih ada daerah-daerah
tertentu yang belum merasakan listrik terutama untuk wilayah Irian Jaya dan
sekitarnya (wilayah Indonesia bagian Timur), dan jangankan untuk wilayah Irian
Jaya dan sekitarya yang memang sulit untuk dijangkau, daerah pedalaman dari
pulau-pulau yang mudah diraih (Jawa, Sumatera, Kaliamantan dan Sulawesi) saja
masih ada yang belum bias menggunakan listrik dari PLN.
Selain itu, tidak
maksimalnya penerapan sistem informasi manajemen yang direncanakan dan
diimplementasikan PLN dapat terlihat pada penerapan ERP yang hanya pada
beberapa unit tertentu saja, belum pada seluruh unit di Indonesia. Dan
integrasi sistem antar unit PLN dalam satu wilayah belum tentu maksimal, hal
ini ditandai bahwa masih ada juga terjadi pencatatan atas beban listrik
pelanggan yang lebih dari satu kali.
Hal ini tentu saja merugikan pelanggan. Penerapan CIS juga
masih membutuhkan waktu yang belum jelas sebab dalam tahun 2006 saja hanya
masih dalam tahap perencanaan, hal ini mengindikasikan implementasi masih belum
tentu akan dilakukan kapan sedangkan CIS ini telah sangat dibutuhkan untuk melayani
pelanggan yang semakin banyak, terutama dalam hal pencatatan dan pembebanan
biaya, sehingga bisa dicegah terjadinya pencatatan dan pembebanan biaya yang
lebih dari satu kali pada rekening listrik pelanggan atau bahkan mengklaim
bahwa pelanggan belum membayar dan aliran listrik kepada pelanggan tersebut
diputus, namun pada kenyataannya pelanggan tersebut sebenarnya telah membayar.
Selain itu, layanan I-SMS juga hanya terbatas pada daerah Jawa dan itu juga
belum maksimal serta belum dikembangkan hingga seluruh Indonesia.
KESIMPULAN
Sistem informasi manajemen Manajemen dalam PLN seperti yang
telah disebutkan, merupakan penambahan dari sistem informasi manajemen
manajemen yang sebelumnya telah ada pada tahun-tahun sebelumnya. Hal ini
dilakukan tentu saja untuk menunjang operasi PLN dalam menyediakan listrik bagi
masyarakat luas seiring dengan perkembangan teknologi dan tentu saja permintaan
listrik dari pelanggan yang semakin besar sehingga diperlukan sistem informasi
manajemen yang harus bisa menunjang permintaan tersebut.
Pembuatan aplikasi Enterprise Resources Planning (ERP),
telah dilakukan pada kantor utama, distribusi Bali, distribusi Jakarta Raya dan
Tangerang dan PLN P3B dan ditujukan sebagai program implementasi awal dari Go
Live Support Extension. PLN juga sedang mengembangkan salah satu aplikasi ERP
yang mencakup rencana pembuatan beberapa aplikasi yang termasuk dalam
Information Technology Master Plan (ITMP) (rencana utama teknologi informasi)
yang mencakup rencana pembuatan aplikasi corporate and shared services (CSSC –
Corporate Share Services Center), Customer Information System (CIS),
e-procurement, dan I-SMS 8123.
Dari sekian jumlah
sistem informasi manajemen baru yang telah diimplementasikan PLN, dapat
dikatakan belum memadai untuk melayani masyarakat, sebab keterbatasan sumber
daya manusia yang menjadi kendala utama sulit untuk diatasi. Penerapan CIS juga
masih membutuhkan waktu yang belum jelas sebab dalam tahun 2006 saja hanya
masih dalam tahap perencanaan.
SARAN / HAMBATAN
DALAM PENERAPAN
1. PLN seharusnya membuat estimasi waktu dan tahapan yang
akan diselesaikan dalam jangka waktu tertentu agar bisa lebih jelas dalam
melakukan pengendalian.
2. Penerapan sistem informasi manajemen dalam PLN sebaiknya
segera dilakukan berhubungan dengan teknologi yang makin maju ini, masyarakat
tentu saja membutuhkan pelayanan yang lebih baik.
3. Dalam menerapkan system informasi, PLN sebaiknya membagi
proporsi yang sesuai bagi setiap kantor pusat wilayah, bukan hanya pada satu
wilayah, seperti hanya pada pulau jawa saja, sedangkan untuk wilayah Sumatera,
Sulawesi, Kalimantan, dan Irian belum mendapat bagian penerapan sama sekali.
Hal ini ditujukan agar bisa lebih mudah untuk menerapkan seluruh system ERP
pada seluruh cabang, baik pusat maupun cabang pembantu agar di kemudian hari
bisa lebih mudah dalam menerapkan/menyebarluaskan penerapan system untuk
seluruh bagian PLN sebab seperti yang kita ketahui, lain wilayah, lain budaya,
jadi PLN harus bisa memperhatikan sebaik mungkin hal ini dalam penerimaan system
oleh orang-orang yang bekerja di PLN setiap wilayah.
Source : Youtube
http://dytadanasuraya.blogspot.com/2013/12/penerapan-sistem-informasi-manajemen.html